sincerely

Senin, 30 Juni 2014

APA YANG MEMBUATMU HIDUP ?


Pernah kah kamu merasa sakitnya ditinggalkan orang dicintai ?
Pernah kah kamu merasa tak ada teman yang siap menampung kesedihanmu ?
Pernah kah kamu merasa dibuang oleh dunia ?
Pernah kah kamu merasa bahwa tak ada lagi yang pantas untuk di perjuangkan ?
PERNAH ? saya pernah !

Ketika itu terjadi pada kehidupan kita, dunia ini terasa mengasingkan kita. tak ada yang peduli. Tak ada yang mengerti. Benarkah ? Jelas salah. kalian melupakan 2 hal. Keluarga dan Tuhanmu. Mereka tidak akan membuatmu sakit hati, mereka siap menampung kesedihanmu, mereka tidak akan membuangmu, mereka selalu berjuang untukmu.

Hahahahahah, yaaaa mereka yang membuat saya hidup ketika saya merasa diasingkan oleh kehidupan.

Pernahkah kalian merasa egois ? tidak pernah ? bagus !! karena hanya tidak sedikit orang yang merasa dirinya egois. Dan saya egois.

Ketika kehidupan terasa normal, terasa kita memiliki segalanya, memiliki semuanya. Ahh ini hidupku, aku menikmatinya, masa bodo dengan semua. Saya menggampangkan Tuhan, orang tua, berbohong kepada orang tua pun tak jarang. Meninggalkan sholat ? tentu. 

Tapi, ketika semua itu berpaling meninggalkan saya ? apa yang harus saya lakukan ? menangisi takdir, merenung, menghukum diri sendiri ? atau ... ah sudahlah !

Ketika siang itu, saya memikirkan apa yang selama ini saya lakukan, apa yang saya ucapkan.
Semuanyaaaaa...... BURUK !!!
Tidak mudah merubah seseorang menjadi baik, kecuali dirinya dirinya sendiri. Keinginan untuk berubah dari dalam hatinya sendiri.

Ketika kamu sudah merasakan itu, kamu pasti akan menjadi pribadi yang baik bukan mendadak sok baik. semuanya butuh proses. Daannn... ketika kehidupan pergi darimu,itulah prosesmu. Berterimakasihlah kepada mereka (dunia) yang meninggalkan mu, karena merekalah yang melatihmu. Saya berlatih dan saya berhasil. Bila kalian masih merasa sedih (galau), percayalah kalian tidak akan sampai di puncak kebahagian.

Ini hidupmu, ini hatimu. kamu tuan rumahnyaaa
Kamu berhak menentukan siapa yang layak di perjuangkan, siapa yang layak di tinggalkan.
Jangan salah pilih :)


-rwt-

Jumat, 21 Maret 2014

COBAN RAIS

Hai ketemu lagi ,,




Kali ini saya bukan bercerita tentang mantan, tapi saya akan bercerita dimana mantan pernah "nembak" disini, ditempat ini *lohh

Pada tanggal 10 Januari 2014 pukul 07.00 kami berdua berangkat dari Surabaya bagian Timur. Kala itu hari minggu entah mengapa jalanan tidak begitu macet.
Sekitar pukul 09.45 kita tiba di Malang.


yap inilah tujuan kita




ketika kalian berada didepan plakat ini, cobalah tengok disebelah kiri kalian. Saya yakin kalian ngga akan mau beranjak pergi. Bagus banget ..... :D
Tujuan kami adalah Coban Rais, tapi saya sih biasanya menyebutnya Coban Rois, namun adalah salah satu temen yang menyebut tempat ini Coban Rias hahaha. Namun terserahlah apapun panggilan kalian tentang tempat ini. Tetap saja Coban Rais merupakan tempat wisata yang masih asli banget, karna jarang pengunjung yang mau datang ke Coban Rais. Karenaaaa untuk mencapai lokasi Coban Rais, kita harus berjalan 1 jam (bila jalan tidak licin) melawati hutan lebat, rimbun, dan beberapa kali menyebrangi anak sungai.



Kami berdua hendak membayar tiket masuk di pos yang ada disebelah kanan plakat ini, tapi yang kami temui didalam pos tersebut hanyalah ruang kosong yang gelap dan berdebu. Tak ada penjaganya. Ah yasudalah berarti kita masuk geratis hehe, sebelum memulai perjalanan kami menyempatkan untuk beristirahat di satu-satunya warung yang berada di area Loket pembayaran karcis tesebut. Namanya mbak eka, si pemilik warung yang rupanya sudah akrab sama mantan saya*eh temen saya

Lanjut, pukul 10.30 kita memulai perjalan menuju Lokasi Coban Rais. Awal perjalan kita akan dihadapkan oleh trek yang licin dengan tingkat kemiringan kurang lebih 25 derajat. Diujung jalan ini kalian akan bertemu dengan pertigaan, pilihlah jalur sebelah kiri, karena jalur sebelah kanan menuju Bumi Perkemahan Rais.

Jalur sebelah kiri
lama kelamaan jalurnya akan semakin sempit


Pada jalur ini, disebelah kiri adalah jurang, dan sebelah kanan adalah tebing.

bila anda menengok kesebelah kiri

Ikuti saja jalur tersebut, nantinya kalian akan bertemu dengan aliran air yang sangat bening jernih dan dingin(disebelah kanan, dibawah tebing). Aliran air tersebut langsung dari Coban Rais, yang merupakan sumber air untuk warga-warga desa sekitar Coban Rais. Tak heran selama perjalan menuju Lokasi Coban Rais kalian akan bertemu dengan pipa pipa yang muncul dipermukaan tanah. Tak sedikit dari mereka yang bocor, sehingga terkadang keluar suara aneh dari dalam pipa itu, agak serem sih pas didalem hutan terdengar suara aneh hehehe..

Lalu kalian akan bertemu sebuah jembatan air yang deras, yang menghubungkan aliran air dari tebing seberang ketebing tempat kita berjalan. Jangan sekali kali menyebrang melewati jembatan tersebut sebagai jalan pintas, karna sangat bahaya sekali. Dibawah jembatan tersebut adalah jurang dengan kedalaman kurang lebih 10 meter dengan bebatuan yang besar-besar.

Mulailah kalian berjalan di tepian aliran mata air, seolah-olah kalian melawan arus aliran air tersebut. 




Ditengah perjalan kalian akan dipaksa untuk menyebrang aliran sungai, yaaaa memang aliran tersebut tidak deras, juga tidak dalam. tapii... benar-benar sangat dingin sekali.

menyebrang sungai pertama


Ngga hanya 1 kali kita menyebrang anak sungai seperti ini, seingat saya 4 kali (hehe lupa, kesana cuma sekali soalnya). Tapi hati-hati yaa kalo nyebrang sungai, karena didasar sungai ada kawat-kawat yang menjerat bebatuan didasar sungai agar tidak ikut hanyut terbawa arus, jika arus sedang deras. 


nyebrang sungai lagi. Bisa dilihat kan, ada jalur disebelah kiri sungai tersebut.


Setelah melewati sungai ini, kalian kan dibuat terkejut oleh trek yang memiliki  tingkat kemiringan 45 derajat. Yah perjuangan sekali ....

Setelah itu kalian akan bertemu ini..


lihat dibelakang saya, kalian harus melewati tanjakan tersebut yang merupakan aliran sungai.
Hati-hati ya karna batu-batunya sangat tajam dan licin.


ini merupakann 1/4 perjalan menuju Coban Rais, setelah berjalan.. berjalann.. nikmati saja perjalanan kalian bila capek istirahat, tidak perlu memikirkan kapan sampai ? kapan sampai ? karna itu akan membuat anda semakin menguras energi saja.



setelah berjalan 1 jam lebih, finally tibalah kami ke "Surga yang belum Terjamah"

COBAN RAIS
Tinggi banget yaaa


Coban Rais merupakan Air Terjun yang memiliki ketinggihan 20 meter. Coban ini berada di ketinggihan sekitar 1.025 mdpl (meter diatas permukaan laut) dilereng Gunung Panderman. Dulunya Coban ini bernama Coban Sabrangan, karena untuk mencapai Coban Rais kita harus menyebrang, melewati beberapa anak sungai. Indah bukan ?? 





Pada tanggal 16 Maret 2014, tepatnya minggu lalu saya dan Mas Saib (bebek) berencana ingin menjumpai Surga itu, namun takdir berkata lain. Salah satu teman mengingatkan kami untuk mengurungkan niat kesana, karena mengingat musim hujan yang rawan longsor. Tanpa berpikir panjang, Yaweslaaaahh.. ngga jadi, dari pada hal-hal yang tidak dinginkan terjadi. Toh Coban Rais tidak akan berpindah tempat, toh suatu saat nanti saya kesana kapan saja bisa hehe..

*Inget yaa, jangan mengabaikan peringatan. Apapun itu !!  Bila tujuan kalian (air terjun, puncak gunung dsb.) sebenernya itu bukan tujuan. Karena tujuan kita adalah berangkat dan pulang dengan selamat. Bila kita bisa mencapai objek tersebut, anggap saja itu bonus yang harus kalian bagi kepada anak cucu kalian kelak.

Terima kasih sudah membaca,

Regards,
@ririnRWT






Rabu, 19 Maret 2014

Kesempurnaan Bagiku

Dia yang selalu memanjakanku diatas atap terindah,
 Menjadikan buih hati membara terhadap negeri tercinta,
 Menggoyahkan semangat pemuda yang membara,
 Memaksa kita untuk selalu bersujud dihadapanya.

Dia yang selalu memikat setiap orang yang menatapnya.
Menjadikan kenangan indah yang tak terlupa,
Setelah kaki susah payah menggapainya,
Mulutlah yang akan bercerita setelah waktu mengemis agar segera kita meninggalkanya.






"Aku selalu suka berada ditempat sunyi dan sepi, yang ada hanya kita berdua menikmati pemandangan yang luas tak bertebing, memandang bintang yang jaraknya sangat dekat diatas kita, memandang sekeliling kita yang tak terbatas sejauh mata memandang"